Jangan beramal sendiri


Jangan beramal sendiri



                Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”[1]

                Satu dari sekian penyakit ummat islam hari ini adalah kesukaran mereka untuk kooperatif dalam beramal menegakkan islam yang minhajul hayah .
Walaupun tidak bisa dijudge secara sembarangan dan sepihak tetap saja berat untuk menafikan keporak-porandakan ummat yang saat ini kian hari kian telanjang menggerogoti tubuh ummat islam di berbagai sisi kehidupan dan di berbagai tempat kaum muslimin di dunia. Maka kemudian banyak dari ummat islam hari ini yang harusnya bersatu kemudian berpecah, yang harusnya bersepakat kemudian berselisih, yang harusnya dapat ditolerir menjadi dipermasalahkan, yang seharusnya saling bertegur salam dan cinta menjadi saling berpaling wajah dan  menebar kebencian kepada saudaranya.
                Kekacauan yang sangat sistemik dan by setting ini, tidak mungkin (sacara logika, iradah Allah tetap punya kuasa sepenuhnya) dapat diatasi dari satu titik, dari satu sisi, ataupun dari satu tokoh ataupun golongan. ini adalah permasalahan, penyakit yang setiap individu yang memahaminya harus ikut turun tangan menyembuhkannya, bersama-sama. Masalah ini butuh uluran tangan kita semua, maka dari itu mari kita kaji sejenak tentang sebuah poin yang mungkin lalai dari kita hari ini..
                Jangan beramal sendiri..

Esensi dan Eksistensi yang Hakiki
                Adalah sebuah kewajiban bagi ummat Muhammad SAW untuk selalu menggali permasalahan yang kita punya dengan berpedoman dari Alquran dan Hadist yang shahih beserta implementasinya sebagai mana yang telah beliau contohkan dan ajarkan dalam kehidupannya.
                Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”


أن نبي الله صلى الله عليه وسلم قال :وأنا أّمُرُكْم بِخَمْسٍ أَللهُ أَمَرَنِى بِهِنَّ : بِاْلجَمَاعَةِ وَالسَّمْعِ وَ الطَّاعَةِ وَ الْهِجْرَةِ وَ اْلجِهَادِ فِى سَبِيْلِ اللهِ ، فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ اْلجَمَاعَةِ قِيْدَ شِبْرٍ فَقَدْ خَلَعَ رِبْقَةَ اْلإِسْلاَمِ مِنْ عُنُقِهِ إِلَى اَنْ يَرْجِعَ وَمَنْ دَعَا بِدَعْوَى اْلجَاهِلِيَّةِ فَهُوَ مِنْ جُثَاءِ جَهَنَّمَ، قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ وَ اِنْ صَامَ وَصَلَّى ، قَالَ وَاِنْ صَامَ وَصَلَّى وَزَعَمَ أَنَّهُ مُسْلِمٌ فَادْعُوا اْلمُسْلِمِيْنَ بِمَا سَمَّاهُمُ اْلمُسْلِمِيْنَ اْلمُؤْمِنِيْنَ عِبَادَ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ
 * رواه أحمد والترمذي، وقَالَ: هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.
“Aku perintahkan kepada kamu sekalian (muslimin) lima perkara; sebagaimana Allah telah memerintahkanku dengan lima perkara itu; berjama’ah, mendengar, thaat, hijrah dan jihad fi sabilillah. Barangsiapa yang keluar dari Al Jama’ah sekedar sejengkal, maka sungguh terlepas ikatan Islam dari lehernya sampai ia kembali bertaubat. Dan barang siapa yang menyeru dengan seruan Jahiliyyah, maka ia termasuk golongan orang yang bertekuk lutut dalam Jahannam.” Para sahabat bertanya: “Ya Rasu lullah, jika ia shaum dan shalat?” Rasul bersabda: “Sekalipun ia shaum dan shalat dan mengaku dirinya seorang muslim, maka panggillah oleh orang-orang muslim itu dengan nama yang Allah telah berikan kepada mereka; “Al-Muslimin, Al Mukminin, hamba-hamba Allah ‘Azza wa jalla.”
(HR.Ahmad bin Hambal dari Haris Al-Asy’ari)[2]
Wahyu diatas menyebutkan pentingnya ummat Islam untuk tetap memiliki komitmen dalam jamaah, beramal bersama walau bisa jadi caranya berbeda-beda. Dan sesiapa yang keluar walaupun sejengkal dari jamaah berarti telah melepaskan ikatan Islam dalam dirinya. Dan siapa yang telah keluar dari ikatan jamaah maka ia telah sesat dan celaka seperti binatang yang ikatannya lepas sehingga tidak dapat dijamin keselamatannya.

                Maka dari itu berjama’ah merupakan salah satu realitas yang perlu diperjuangkan eksistensinya dan dipertahankan keberadaan dan essensi nya oleh kaum muslimin. Keinginan untuk mewujudkannya harus selalu menjadi ghirah yang menggelora di hati setiap mukmin di manapun dia berada dan seperti apapun kondisi yang dimilikinya, inilah semangat persatuan.
“Lalu, kenapa hal merepotkan seperti ini harus ada…???”
                Eksistensinya mutlak diperlukan tidak hanya oleh kamu muslimin, akan tetapi oleh seluruh alam diantaranya
                Pertama,ia merupakan sunnah kauniyah yang seluruh alam melakukannya. Kenapa laki-laki harus ada perempuan, kenapa kalau ada jantan ada betina, kenapa bila ada kanan ada juga kiri, kenapa ada hidup dan ada mati..? beginilah Eksistensi makhluk saudaraku, tidak ada makhluk yang dapat eksis ataupun bertahan bila hanya sendiri, begitu pulalah kenapa Hawa diciptakan, diantara seluruh nikmat di surga Adam tidak memiliki sesamanya yang bisa diajak berbagi, maka Hawa diciptakan. Begitu pula mengapa jin beranak pinak, begitu pula hewan. Karena keberpasang-pasangan ini adalah essensi, hakikat keberadaan makhluk Allah SWT.

                Kedua, ia adalah Hajah Basyariyah, yakni kebutuhan mutlak manusia seluruhnya. Bukankah dituturkan di buku-buku pembelajaran kita, bahwa Aristoteles menuturkan bahwa manusia adalah zoopoliticon yakni makhluk yang senantiasa membutuhkan kehidupan sosial dan cenderung kepadanya. Tidak hanya dari non muslim kita berkiblat ‘Ulama’ kita Imam ghazali menuturkan lebih komprehensif mengenai Maqasidussyar’iah dimana Syariat ini dibuat untuk memenuhi 5 hal asassiyah kebutuhan manusia yang diantaranya adalah Agama, Jiwa, Akal, Keturunan, dan Harta.
                Ketiga, ia merupakan Dharurah Harakiyah, yakni  kebutuhan pokok bagi pergerakan-pergerakan islam. Ali r.a pernah bertutur kurang lebih seperti ini
                “Kejahatan yang terorganisir dapat mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir”
Sadar ataukah tidak percaya ataukah tidak Musuh-musuh islam hari ini tidak terputus sedikitpun keterkaitannya dengan musuh-musuh islam yang dihadapi oleh nabiyullah ibrahim r.a ataupun yang dihadapi nabiyullah Isa a.s baik keturunan maupun peran. Silahkan buktikan firman Allah ini:

                Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri penjahat-penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya.[3]
Musuh islam hari ini sangat terorganisir. Bagaimana dengan kita??
Atau kita menunggu, menunggu peluru-peluru tajam mereka menembus kepala kita atau keluarga,teman-teman, serta kerabat kita. Membiarkan tangan-tangan mereka meremas kehidupan kita tanpa kita sadari karena kita tidak melawan sampai kita benar-benar tidak bernafas..? semoga Allah melindungi kita.
                Keempat, adalah Faridhah Syar’iyah, yakni kewajiban dalam syari’ah. Karena Allah SWT mensyariatkan untuk menjaga Jama’ahlah 14 abad lamanya Islam terjaga di dunia internasional, karena berjama’ahlah juga Islam masih bisa tersebar hingga hari ini dan kita rasakan nikmatnya hari ini.
                Ada ilustrasi menarik yang disampaikan Saiful Falah dalam buku karangannya “Guru Adalah Ustadz Adalah Guru”. Beliau menganalogikan tentang betapa seorang manusia tidak akan bisa mengerjakan segala sesuatunya sendirian kecuali butuh bantuan manusia yang lain. Ia ber-analogi seperti ada dua buah gelas yang kosong, yang satunya di isi setengah terlebih dahulu. Kemudian, gelas yang sudah terisi setengah tadi di isi lagi dengan air sampai penuh. Bahkan air tersebut tertumpah ke meja dan ke lantai. Air yang tertumpah ke meja, bila ada kertas di meja tersebut, pastilah air akan merusak kertas tersebut. Air yang tertumpah sampai ke lantai akan menyebabkan lantai licin, tinggal menunggu waktu saja orang-orang akan jatuh disebabkan oleh lantai yang licin tersebut.

Gelas tadi diibaratkan sebagai daya tampung manusia atas setiap masalah yang dihadapinya. Setiap manusia pasti memiliki batas daya tampung atas setiap masalah yang dihadapinya, apabila masalah tersebut terus tertampung dalam dirinya, maka tunggu saja masalah tersebut akan menimbulkan masalah baru dan merugikan orang lain sepanjang masalah tersebut tidak pernah di-sharing. Butuh gelas lain agar air yang tertampung dalam gelas kita bisa terakomodasi. Manusia butuh tempat sharing atau curahan hati agar setiap masalah yang di hadapi terasa sedikit lebih ringan dan mampu di hadapi. Gelas yang menjadi tempat berbagi air tadi hendaknya bukan gelas yang dipenuhi air juga, karena masalah bisa menjadi semakin runyam apabila partner sharing kita juga seseorang yang memiliki segudang masalah. Dan pada intinya, manusia tidak dapat hidup sendiri. Butuh sahabat, butuh orang lain, butuh kelompok, butuh wadah, butuh komunitas, agar hidupnya dapat dijalani dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana hakikat manusia sesungguhnya, Sabda Rasulullah SAW: “Sebaik-baik manusia adalah bermanfaat bagi sesamanya..”.
                Cukup sekian dulu, masih panjang sebenarnya yang ingin saya tuturkan. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari apa yang kita pelajari. Dan ingatlah untuk selalu berada dalam jama’ah.

2       






[1] Q.S. 3: 103
[2] Musnad Ahmad:IV/202, At-Tirmidzi Sunan At-Tirmidzi Kitabul Amtsal, bab Maa Jaa’a fi matsalis Shalati wa shiyami wa shodaqoti:V/148-149 No.2263. Lafadz Ahmad

Komentar